
Yohanes 18:33-37
K ebahagiaan adalah kesenangan yang dicapai oleh manusia menurut kehendak masing-masing (Aristoteles). Untuk mencapai kebahagiaan tersebut salah satu yang dilakukan orang adalah hidup dalam cinta. Apa cinta itu? Banyak definisinya, namun saya akan menguti definisi cinta menurut Eric From yang mengatakan bahwa Cinta berarti berkomitmen pada diri sendiri tanpa jaminan, memberi diri sendiri sepenuhnya dengan harapan bahwa cinta itu akan menghasilkan cinta pada orang yang dicintainya. Cinta adalah tindakan iman, dan siapapun yg memiliki sedikit iman juga memiliki sedikit cinta. Tidak mudah memberi diri sepenuhnya demi orang lain menghasilkan cinta. Yang terjadi dalam kehidupan ini adalah sebaliknya. Mencintai berarti menuntut untuk mendapatkan apa yang dikehendakinya. Walau tak mudah dan tidak mungkin sempurna tetapi sebagai pengikut Yesus kita harus belajar untuk mencintai sebagaimana yang telah DIA ajarkan. Tidak mudah dan sangat sulit tetapi biarlah bacaan Injil hari ini selalu mengingatkan kepada kita agar dapat memiliki cinta yang tidak menuntut. Kisah dalam bacaan saat ini merupakan sebuah kisah ketika Yesus di hadapan Pontius Pilatus untuk diadili. Kisah ini merupakan sebuah drama untuk kepentingan politik. Mengapa dikatakan drama untuk kepentingan politik? Oleh sebab Pilatus jika mau berkata jujur tidak mendapati kesalahan yang mendasar pada diri Yesus. Namun Pilatus tetap melakukan pengadilan kepada Yesus di depan orang banyak. Dialog dalam pengadilan Yesus memberikan gambaran kepada kita bahwa Pilatus memang tidak menemui kesalahan dalam diri Yesus. Bahkan ketika Pilatus bertanya tentang Yesus apakah sebagai raja? Jawaban Yesus dalam ayat 36 justru mengusik Pilatus dalam memahami arti kebenaran karena Yesus datang ke dalam dunia ini bukan untuk menjadi raja dunia melainkan ia hadir untuk menjadi saksi kebenaran. Tentu tidak mudah dalam kondisi yang sangat tertekan atas pengadilan itu, tetapi Yesus tetap setia kepada tugas panggilan-Nya ke dalam dunia. Dia bukan dari dunia tetapi datang ke dunia untuk menyatakan kebenaran.
Teks Injil menunjukkan tentang kesetiaan Yesus dalam mewujudkan cinta Allah kepada manusia. Sekalipun dihadapkan pada marabahaya atau hukuman, tapi karena cinta Allah kepada manusia bukan cinta yang menuntut, tetapi cinta yang sejati yang mengharapkan yang dicintainya menerima keselamatan dan kebahagiaan, maka DIA tetap memberikan kesaksian tentang kebenaran. Cinta Allah kepada manusia tidak lekang waktu. Dalam keadaan tertindas dan pergumulan yang dialami manusia, Allah hadir menyapa dan memberi pengharapan. Cinta sejati dari Allah inilah yang hendaknya menyemangati kita sebagai murid Yesus untuk tetap setia kepada Allah walau dalam kondisi terberat sekalipun. Kadangkala kita memahami Allah dalam versi Allah yang menghukum, Allah yang mencobai, padahal yang terjadi adalah Allah yang menyatakan cinta setiap saat. Di kala susah sedih, menderita, Allah hadir dan memeluk, menguatkan, berbela rasa kepada manusia. Ketika manusia kadang tidak peduli tentang kehadiran Allah, apakah Allah tetap mencintai? Ya dan pasti.
Cinta sejati Allah inilah yang menjadi cermin bagi kita untuk tetap setia kepada-Nya dan dalam keadaan apa pun tetap berpegang pada Allah yang tak lekang oleh waktu cinta-Nya.