sisi imajinasi bumi ini terbagi menjadi dua bagian dan struktur bumi

repoststing||by.Vbergbob||01.33.waktu papua||minggu 16 januari 2022

Vberg repoststing||by.Vbergbob||01.33.waktu papua||minggu 16 januari 2022

Jawaban:

Litosfer adalah kulit terluar dari planet berbatu. Litosfer berasal dari kata Yunani, lithos (λίθος) yang berarti berbatu, dan sphere (σφαῖρα) yang berarti padat.

Litosfer berasal dari kata lithos artinya batuan, dan sphere artinya lapisan. Secara harfiah litosfer adalah lapisan Bumi yang paling luar atau biasa disebut dengan kulit Bumi. Pada lapisan ini pada umumnya terjadi dari senyawa kimia yang kaya akan Si02, itulah sebabnya lapisan litosfer sering dinamakan lapisan silikat dan memiliki ketebalan rata-rata 30 km yang terdiri atas dua bagian, yaitu Litosfer atas (merupakan daratan dengan kira-kira 35% atau 1/3 bagian) dan Litosfer bawah (merupakan lautan dengan kira-kira 65% atau 2/3 bagian).

Litosfer Bumi meliputi kerak dan bagian teratas dari mantel Bumi yang mengakibatkan kerasnya lapisan terluar dari planet Bumi. Litosfer ditopang oleh astenosfer, yang merupakan bagian yang lebih lemah, lebih panas, dan lebih dalam dari mantel. Batas antara litosfer dan astenosfer dibedakan dalam hal responnya terhadap tegangan: litosfer tetap padat dalam jangka waktu geologis yang relatif lama dan berubah secara elastis karena retakan-retakan, sedangkan astenosfer berubah seperti cairan kental.

Litosfer terpecah menjadi beberapa lempeng tektonik yang mengakibatkan terjadinya gerak benua akibat konveksi yang terjadi dalam astenosfer.

Konsep litosfer sebagai lapisan terkuat dari lapisan terluar Bumi dikembangkan oleh Barrel pada tahun 1914, yang menulis serangkaian paper untuk mendukung konsep itu. konsep yang berdasarkan pada keberadaan anomali gravitasi yang signifikan di atas kerak benua, yang lalu ia memperkirakan keberadaan lapisan kuat (yang ia sebut litosfer) di atas lapisan lemah yang dapat mengalir secara konveksi (yang ia sebut astenosfer). Ide ini lalu dikembangkan oleh Daly pada tahun 1940, dan telah diterima secara luas oleh ahli geologi dan geofisika. Meski teori tentang litosfer dan astenosfer berkembang sebelum teori lempeng tektonik dikembangkan pada tahun 1960, konsep mengenai keberadaan lapisan kuat (litosfer) dan lapisan lemah (astenosfer) tetap menjadi bagian penting dari teori tersebut.

Terdapat dua tipe litosfer

Structur bumi

Struktur Bumi terbagi dalam beberapa lapisan, seperti sebuah bawang. Bumi secara umum terdiri dari beberapa lapisan yaitu bagian paling atas disebut litosfer (bahasa Inggris: crust), lapisan di bawahnya adalah astenosfer atau mantel dan yang paling bawah adalah inti bumi. Bagian dalam dari bumi, dapat diketahui dengan mempelajari sifat-sifat fisika bumi, yaitu dengan metode geofisika, terutama dari kecepatan rambatan getaran atau gelombang seismik, sifat kemagnetannya dan gaya berat serta data panas bumi. Dari data tersebut dapat diketahui bahwa bagian dalam bumi tersusun dari material yang berbeda-beda mulai dari permukaan bumi sampai ke inti bumi. Dengan metode geofisika tersebut, juga diketahui bahwa berat jenis bumi keseluruhan adalah sekitar 5,52. Kerak bumi sendiri yang merupakan lapisan terluar dan disusun oleh batu-batuan mempunyai berat jenis antara 2,5 sampai 3,0. Dari hal tersebut dapat diketahui bahwa material yang menyusun bagian dalam bumi merupakan material yang lebih berat dengan berat jenis yang lebih besar daripada, batuan yang menyusun kerak bumi.

Struktur Kerak Bumi

Kerak Bumi adalah lapisan terluar bumi yang terbagi menjadi dua kategori, yaitu kerak samudera dan kerak benua.[1] Kerak samudra mempunyai ketebalan sekitar 5–10km sedangkan kerak benua mempunyai ketebalan sekitar 20–70km. Penyusun kerak samudra yang utama adalah batuan basalt, sedangkan batuan penyusun kerak benua yang utama adalah granit, yang tidak sepadat batuan basalt.[2] Kerak Bumi dan sebagian mantel bumi membentuk lapisan litosfer dengan ketebalan total kurang lebih 80km. Temperatur kerak meningkat seiring kedalamannya. Pada batas terbawahnya temperatur kerak menyentuh angka 1.100 C. Kerak dan bagian mantel yang relatif padat membentuk lapisan litosfer. Karena konveksi pada mantel bagian atas dan astenosfer, litosfer dipecah menjadi lempeng tektonik yang bergerak. Temperatur meningkat 30°C setiap km, namun gradien panas bumi akan semakin rendah pada lapisan kerak yang lebih dalam. Unsur-unsur kimia utama pembentuk kerak bumi adalah: Oksigen (O) (46,6%), Silikon (Si) (27,7%), Aluminium (Al) (8,1%), Besi (Fe) (5,0%), Kalsium (Ca) (3,6%), Natrium (Na) (2,8%), Kalium (K) (2,6%), dan Magnesium (Mg) (2,1%).[3]

Mantel Bumi

Mantel bumi merupakan lapisan yang menyelubungi inti bumi dan merupakan bagian terbesar dari bagian bumi sekitar 83.2 persen dari volume dan 67.8 persen dari keseluruhan masa bumi. Terdiri dari material yang cair, sering pula selubung bumi disebut sebagai lapisan astenosfer. Lapisan ini merupakan tempat terjadinya pergerakan-pergerakan lempeng yang disebabkan oleh gaya konveksi atau energi dari panas bumi. Pergerakan tersebut sangat mempengaruhi bentuk muka bumi serta proses geologi lainnya seperti pergeseran benua dan pembentukan rantai pegunungan.[4] ketebalan selubung ini berkisar 2.883km. Densitasnya berkisar dari 5.7 gr/cc dekat dengan inti dan 3.3 gr/cc di dekat kerak bumi. Pada wilayah selubung bagian atas akan mulai terbentuk intrusi magma yang diakibatkan oleh batuan yang menyusup dan meleleh.

Inti Bumi

Inti bumi terletak pada kedalaman sekitar 2900km dari dasar kerak bumi sampai ke pusat bumi. Inti bumi dapat dipisahkan menjadi inti bumi bagian luar dan inti bumi bagian dalam. Batas antara selubung bumi dan inti bumi ditandai dengan penurunan kecepatan gelombang P secara drastis dan gelombang S yang tidak diteruskan. Keadaan ini disebabkan karena meningkatnya berat jenis material penyusun inti bumi dan perubahan sifat meterialnya dari yang bersifat padat menjadi bersifat cair. Meningkatnya berat jenis disebabkan karena perubahan dari material silikat yang menyusun selubung bumi menjadi material campuran logam yang kaya akan besi (Fe) di inti bumi. Perubahan sifat material menjadi cairan disebabkan karena turunnya titik lebur material yang mengandung besi dibandingkan material yang kaya silikat. Itulah sebabnya material yang menyusun inti bumi bagian luar berupa cairan yang kaya logam Fe. Sebaliknya semakin bertambahnya tekanan ke bagian yang semakin dalam akan mengakibatkan naiknya titik lebur material logam. Hal ini menyebabkan material yang menyusun inti bumi bagian dalam merupakan material logam yang bersifat padat. Komposisi material penyusun inti bumi diketahui dengan perkiraan bahwa unsur besi merupakan unsur yang banyak dijumpai pada kerak batuan penyusun kerak bumi. Dengan meningkatnya berat jenis pada batuan yang makin dalam letaknya, maka kadar besi juga akan semakin meningkat, sehingga pada selubung bumi mempunyai kemungkinan mengadung kadar besi yang lebih besar daripada kerak bumi. Berat jenis inti bumi bagian luar yang disusun oleh material kaya besi yang cair sama dengan berat jenis berat jenis besi dalam keadaan cair. Karena inti bumi bagian dalam disusun oleh material kaya besi yang padat, maka batas antara inti bumi bagian luar dengan inti bumi bagian dalam mempunyai temperatur sama dengan titik lebur besi pada tekanan ditempat tersebut. Selain itu, komposisi penyusun inti bumi juga diketahui dengan mendasarkan pada komposisi meteorit yang dijumpai mengandung logam besi dan nikel sebanyak sekitar 7% sampai 8%. Sehingga diperkirakan material logam penyusun inti bumi adalah unsur besi dan nikel.

Referensi : ^ Society, National Geographic (2015-05-29). “crust”. National Geographic Society (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2021-01-31.^ Hendrix, Mark (2019). Earth science. Cengage Learning. hlm. 39. ISBN 9780357120088.^ Harefa, Darmawan (2020). Teori Ilmu Kealaman Dasar Kajian Untuk Mahasiswa Pendidikan Guru Dan Akademis. Deepublish. hlm. 59. ISBN 9786230219092.^ “What are the Earth’s layers?”. phys.org (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2021-01-31.

Bacaan tambahan : Kruglinski, Susan. “Journey to the Center of the Earth.” Discover.Lehmann, I. (1936) Inner Earth, Bur. Cent. Seismol. Int. 14, 3–31Schneider, David (October 1996) A Spinning Crystal Ball, Scientific AmericanWegener, Alfred (1915) “The Origin of Continents and Oceans”Thompson (2010) Introduction to Physical Geology

Kerak samudra

bagian dari litosfer Bumi diPantau

Kerak samudra atau kerak lautan atau kerak oseanik adalah bagian dari litosfer bumi yang permukannya berada di cekungan samudra. Kerak ini menyusun sekitar 65% dari luas kerak bumi. Kedalaman dari kerak samudra ini rata-rata sekitar 4.000 meter dari permukaan laut, meskipun ada beberapa palung laut kedalamannya ada yang mencapai lebih dari 10 km.[1] Kerak samudra tersusun oleh batuan berwarna gelap yaitu basalt, yang tersusun atas mineral dan unsur silikon, oksigen, magnesium, yang membuatnya sering disebut kerak basaltis. Kerak samudra juga sering disebut lempeng samudra.[2] Kerak ini lebih tipis dibandingkan dengan kerak benua, dengan ketebalan 5 – 15 kilometer, tetapi massa jenisnya lebih besar, memiliki massa jenis rata-rata sekitar 3.0 gram per sentimeter kubik, tetapi lebih padat, sedangkan bagian bawahnya disusun oleh batuan metamorf dan batuan beku Gabro. Hal ini diduga disebabkan oleh berat jenis kerak samudra yang jauh lebih tinggi dibanding kerak benua. Oleh karena itu, kerak tersebut akan cenderung termampatkan ke dalam volume yang jauh lebih kecil. Permukaan kerak samudra ditutupi oleh endapan sedimen dengan ketebalan rata-rata sekitar 500 meter. Kerak samudra juga memiliki umur yang jauh lebih muda dibanding kerak benua. Kerak samudra terbentuk dari lapisan mantel bumi yang mencair dan naik ke permukaan bumi, kemudian mencair.[1] Seiring waktu, mantel padat berkumpul di bagian bawah kerak samudra sehingga membentuk dua lapisan. Lapisan kerak yang membeku ini bisa masuk kembali ke mantel bumi dan kembali mencair karena densitas yang tinggi.[6] Densitas kerak samudra lebih tinggi dibandingkan kerak benua. Maka kerak samudra mengapung di atas mantel.[7] Kerak samudra senantiasa dihancurkan dan dibuat kembali oleh rekahan tengah samudra, berbeda dengan kerak benua yang relatif lebih statis di atas benua.

Referensi

^ a b masgurudedi. “kerak samudera”. dedisasmito.wordpress.com. Diakses tanggal 2020-09-28.^ “Kerak Bumi dan Penjelasannya”. IlmuGeografi.com. 2016-01-14. Diakses tanggal 2020-09-28.^ “Perbedaan Kerak Benua dan Kerak Samudera”. Gurugeografi.id (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2020-09-28.^ a b “Lapisan Bumi Paling Luar Terdiri dari Kerak Samudra dan Kerak Benua, Apa Beda Keduanya?”. bobo.grid.id. Diakses tanggal 2020-09-28.^ a b http://www.contextureintl.com, Designed by Contexture International |. “Perbedaan antara Kerak Benua dan Kerak Samudra | Catatan Geografer” (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2020-09-28.^ “Inilah Perbedaan Kerak Benua dan Kerak Samudera”. Diakses tanggal 2020-09-28.^ “Geologi Kerak Benua dan Kerak Samudera”. Geograph88 (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2020-09-28.

Artikel bertopik geologi ini adalah sebuah rintisan. Anda dapat membantu Wikipedia dengan mengembangkannya.

Isostasi

Isostasi pertama kali dikenalkan oleh ahli geologi Amerika Serikat, C.E. Dutton, dari kata Yunani yang berarti “dalam kesamaan tekanan”. Secara istilah, isostasi adalah suatu kesetimbangan atau keberimbangan antara batuan-batuan berat dan ringan dalam kerak bumi. Selama belum tercapai keseimbangan, kerak bumi akan bergerak mencari keseimbangannya.

Konsep Isostasi

Isostasi adalah kondisi keseimbangan gravitasi antara lapisan kerak bumi dan mantel yang mengakibatkan kerak seolah “mengapung” di atas mantel. Konsep isostasi menjelaskan mengapa ada perbedaan ketinggian topografi bumi.

Efek dari gaya isostasi dapat dianalogikan seperti gunung es yang mengapung di lautan. Bila massa es ditambah ke atas, gunung es akan semakin tenggelam ke dalam air. Sebaliknya, bila massa es dalam gunung dikurangi, gunung es akan semakin naik dari dalam air. Hal ini juga terjadi pada litosfer bumi yang mengapung di atas astenosfer. Menurut konsep isostasi, material kerak bumi mengapung karena kesetimbangan antara berat material dengan gaya ke atas yang dikerjakan oleh lapisan fluida. Dalam teori tektonik lempeng, lapisan luar bumi (litosfer) terdiri dari kerak bumi dan bagian padat mantel atas sampai kedalaman kira-kira 80 kilometer. Material di bawah litosfer dianggap cukup panas, sehingga mudah dibentuk ulang dan mampu mengalir yang kemudian dinamakan astenosfer.

Dari bukti seismik diketahui bahwa kerak benua (tebal 30–40 kilometer) 68 kali lebih tebal daripada kerak oseanik (5 kilometer). Kerak benua juga punya densitas yang lebih rendah (2,7 g/cc) dibandingkan kerak oseanik (2,9 g/cc). Akibatnya, karena prinsip isostasi, kerak benua yang lebih tebal dan lebih ringan harus duduk lebih tinggi daripada kerak oseanik yang lebih tipis dan lebih berat.

Hipotesis

Terdapat dua hipotesis yang terkenal dikalangan ahli geologi, yaitu Hipotesis Pratt dan hipotesis Airy.

Pratt mengatakan bahwa massa benua lebih tinggi daripada massa dasar laut, tetapi densitas batuan yang menyusun dasar laut lebih besar daripada densitas batuan di benua. Dengan kata lain adanya perbedaan ketinggian antara benua dan dasar laut adalah karena perbedaan kepadatan batuan yang menyusun kerak bumi di kedua bagian bumi tersebut. Ketinggian dikompensasikan oleh densitas batuan.

Pratt memberikan ilustrasi dengan menggunakan berbagai logam yang tidak sama berat jenisnya tetapi berat dan penampangnya dibuat sama, kemudian diapungkan di dalam air raksa. Ternyata logam yang berat jenisnya lebih besar hanya sedikit tersembul di atas permukaan air raksa, sedang logam yang berat jenisnya kecil banyak tersembul di atas permukaan air raksa.

Airy mengemukakan hipotesisnya pada tahun 1855 dengan jalan pikiran yang agak berbeda dengan Pratt. Airy membenarkan bahwa batuan yang menyusun kerak bumi tidak sama densitasnya, tetapi perbedaan densitas batuan tidak terlalu besar untuk menghasilkan perbedaaan ketinggian permukaan bumi yang sedemikian besarnya. Airy memberikan ilustrasi yang mirip dengan ilustrasi Pratt, hanya menggunakan logam yang sejenis, penampangnya juga dibuat sama tetapi tebalnya tidak sama. Setelah logam dimasukkan kedalam air raksa, ternyata logam yang lebih tebal tersembul lebih tinggi di atas permukaan air raksa daripada logam yang tipis. Dengan demikian Airy berkesimpulan bahwa perbedaan ketinggian permukaan bumi bukan disebabkan oleh perbedaan densitas batuan tetapi akibat dari perbedaan tebal lapisan kerak bumi. Itulah sebabnya hipotesis Airy ini sering pula disebut the Roots of Mountains hypothesis of isostation. Pendapat Airy ini lebih banyak dianut oleh para ahli geologi, tetapi tidak berarti bahwa pendapat Pratt salah. Densitas batuan penyusun kerak bumi memang tidak sama, demikian juga tidak semua pegunungan akarnya jauh masuk kedalam bumi. Dengan demikian keduanya saling melengkapi. Leon Long memberikan penilaian 65% untuk Airy dan 35% untuk Pratt.

Daftar lempeng tektonik



Bumi memiliki tujuh lempeng utama dan banyak lempeng kecil. Lempeng-lempeng kecil sendiri terjadi akibat adanya perpecahan dari lempeng-lempeng besar. Adapun lempeng-lempeng tektonik utama dan Berikut ini adalah daftar lempeng tektonik:

Lempeng utama

Lempeng Afrika,meliputi Afrika- Lempeng benuaLempeng Antartika, meliputi Antartika – Lempeng benua.Lempeng Indo-Australia, meliputi Australia – Lempeng benua.Lempeng Eurasia, meliputi Asia dan Eropa – Lempeng benua.Lempeng Amerika Utara, meliputi Amerika Utara dan Siberia timur laut – Lempeng benua.Lempeng Amerika Selatan, meliputi Amerika Selatan – Lempeng benua.Lempeng Pasifik, meliputi Samudera Pasifik – Lempeng samudera.

Peta lempeng-lempeng tektonik.

Lempeng utama (lebih kecil)

Lempeng IndiaLempeng ArabLempeng SomaliaLempeng AnatoliaLempeng SundaLempeng KaribiaLempeng Juan de FucaLempeng CocosLempeng NazcaLempeng FilipinaLempeng ScotiaLempeng laut bandaLempeng Timor

Pergerakan lempeng telah menyebabkan pembentukan dan pemecahan benua seiring berjalannya waktu, termasuk juga pembentukan superkontinen yang mencakup hampir semua atau semua benua. Superkontinen Rodinia diperkirakan terbentuk 1 miliar tahun yang lalu dan mencakup hampir semua atau semua benua di Bumi dan terpecah menjadi delapan benua sekitar 600 juta tahun yang lalu. Delapan benua ini selanjutnya tersusun kembali menjadi superkontinen lain yang disebut Pangaea yang pada akhirnya juga terpecah menjadi Laurasia (yang menjadi Amerika Utara dan Eurasia), dan Gondwana (yang menjadi benua sisanya)

repoststing||by.Vbergbob||01.33.waktu papua||minggu 16 januari 2022.||location dok lima•|jayapura province.

Diterbitkan oleh Van Berg

saya membagi agar anda melihat mengambil pengetahuanNya

Tinggalkan komentar

Rancang situs seperti ini dengan WordPress.com
Mulai